28 October 2010

KISAHKU LAGI


Matahari hampir tenggelam, badankupun sudah terasa capai setelah bermain benthik dan ganepo aku tahu aku harus selesai bermain, aku harus pulang mengambil gayung plus sabun dan pergi ke kali untuk mandi bersama teman-teman disana. karena sore itu sudah terlalu senja aku tidak bermain di sungai aku harus cepat selesai sebelum ular-ular sungai itu bermunculan, walaupun ular itu kecil tetapi berbisa.setelah selesai kembali kerumah dan kurasakan kesegaran setelah mandi, sejenak menunggu kentongan dipukul (bukan bedug) tanda waktu sholat maghrib telah tiba.

tahun 1980 pada bulan Mei, langgar kami telah selesai dibangun, kami mempunyai tempat baru, dengan demikian kami tidak lagi mengaji di rumah bp Yasin Shodiq, langgar kecil yang dibangun di tanah Bp Paidi adalah tempat yang sangat berkesan bagiku, tempat kami sholat berjamaah, mengaji, belajar dan bermain. suara adzan dari Lek To/Kelik seorang muadzin terdengar nyaring, merdu menyayat kalbu, tanpa ada pengeras suara terasa lebih khidmad.setelah adzan sambil menunggu jamaah lain untuk datang ke langgar Lek to menyanyikan puji-pujian, lagu yang kami tidak tahu siapa penciptanya, lagu yang sangat indah dan kami sangat suka untuk melagukanya " monggo-monggo samiyo berjamaah kersaning ALLOh Ganjaran kathah gawean repot dibagi-bagi godane setan ojo dituruti.....gadah putro diwulang ngaji yen boten saged wakil pak kyai yen boten purun akhire rugi...rugi donyo ra sepiro o rugi akherat bakal ciloko..." yang kurang lebih dalam bahasa Indonesia mari kita sholat berjamaah yang merupakan perintah Allah,pahalanya sangat banyak, pekerjaan ditinggalkan dulu, godaan setan jangan dituruti. punya anak harus diajari mengaji jika tidak bisa carilah seorang ustadz/kyai kalau tidak mau pasti merugi. rugi dunia tidak seberapa, rugi akherat akan celaka.lagu yang sangat penuh dengan makna tentu sangat jauh dengan lagu-lagu yang dinyanyikan anak-anak saat ini. beberapa anak sedang berpiket menyapu mushola dan membersihkan semprong (kaca penutup api pada lampu teplok yang jika tidak dibersihkan akan nampak hitam dan lampu tidak terang lagi). Bpk Yasin Shodik sebagai imam sudah datang kami segera melaksanakan sholat maghrib berjamaah.

Setelah sholat maghrib kami mengaji ada Banyak ustadz yang membimbingku, pertama bapak Sutris waktu itu masih sekolah SMEA beliau ustadz sangat kritis dengan amal yang telah di amalkan oleh penduduk sekitar pada saat itu, mengkritisi apakah amal sudah sesuai dengan ajaran Islam yang benar?.Pak Ngadirun masih sekolah di MAN Kalibawang selain ngaji beliau mengajari kami ilmu bela diri Pencak silat.lek Kelik selalu sabar membimbing kami. Bpk Suyud yang bacaanya fasih. dan yang menurut kami paling istimewa adalah kakaku sendiri agus Susanto, beliau membimbing kami ketika beliau masih sekolah di SMP I Kalibawang ya.. anak SMP. Bpk Agus sangat kreatif dalam pelajaran, ada ceramah, persolatan, bahasa Ingris, drama, latihan khotbah dan yang membuat begitu istimewa adalah cerita. ketika sedang cerita kami seksama mendengarkanya, imajinasi kami menjadi hidup dan seolah olah nyata, kami benar-benar masuk ke dalam alur cerita.ada banyak hal yang kami dapat dari mushola itu namun yang paling berkesan adalah apa yang pernah disampaikan pak Agus, Allah berfirman : “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat”(Qs Al-Mujadilah : 11) ayat yang selalu memotivasi aku untuk selau mengaji, mengaji dan mengaji. siapa yang tidak ingin mendapatkan derajat yang mulya, kuncinya hanya 2 untuk mencapainya, yaitu ilmu dan Iman, Ilmu harus dicari walaupun susah menggapainya, iman mendasari apa saja yang dilakukan.ustad-ustadzku semoga Alloh selalu mencurahkan rahmatNya, walaupun pada waktu itu masih begitu muda masih smp dan sma tetapi sangat bersemangat dalam dakwah ini yang terus terang kami kesulitan mencari orang seperti ustadz di waktu sekarang ini. ilmu yang pernah kami dapatkan sekuat tenaga akan kami amalkan dan sebarkan.

sekitar tahun 1985 Dengan alasan yang tidak aku pahami kami sekeluarga pindah kontrakan dari tempat pak dukuh ke rumah mbah kromo,yang jaraknya hanya beberapa meter saja. rumah yang kami tempati sekarang tidak jauh berbeda dengan rumah sebelumnya dinding gedek, cendela kayu, atap genteng, tempat tidur galar dan lantai tanah. namun ada yang berbeda yakni disini kami dialiri listrik dari seseorang yang punya diesel, diesel dinyalakan mulai jam 18.00 sampai 22.00. kami sangat gembira dengan keadaan ini.

beberapa tahun kemudian pemerintah meluncurkan kebijakan LMD (listrik masuk Desa)ibuku membeli sebuah freezer untuk usaha pembuatan es lilin untuk menambah penghasilan bapak yang menjelang pensiun.selain es lilin dijual sendiri di kantin, es lilin juga dititipkan di warung - warung sekitar kalibawang. setelah pulang sekolah akupun ikut menjajakan es lilin ke panthuk ( tempat penambangan pasir dan batu di Bogo,Banjarharjo, Kalibawang, tepatnya ditepi sungai progo)aku lawan terik panas matahari aku tenteng termos yang berisi 50 biji es lilin aku tawarkan kepada para pekerja yang sedang ngabuk ( istilah untuk menambang pasir)es.......es.....eses......eses......teriakanku saat itu. bila daganganku habis lelah, capai, panas dan haus hilang seketika dan dengan bangga menyerahkan hasil penjualanku kepada ibuku. Namun bila dagangan kurang laku mungkin karena mendung atau hujan yang dapat aku lakukan hanyalah bersabar dan berharap mudah-mudahan besok mendapatkan rejeki yang lebih baik. ada pengalaman yang masih aku ingat karena aku begitu sakit hati, yaitu ketika ada seorang sopir truk pasir yang membeli es daganganku kemudian dengan alasan rasanya yang kurang enak orang itu kemudian membuang, menginjak dan meludahinya, aku kaget, terdiam, dan sedih sekali aku tinggalkan orang itu walau tanpa membayar, aku iklaskan. seiring matahari yang mulai meredup dan segera tenggelam aku pulang membawa hasil jerih payahku hari itu. Alhamdulillah...

26 October 2010

KISAHKU

Namaku Edi Santosa, Saya dilahirkan di sebuah kota kecil di kabupaten kulonprogo yaitu Sentolo pada suatu senja bulan ramadan, tanggal 18 september 1974. Bapak saya adalah pegawai tata usaha di suatu SMP di Sentolo, itulah alasanya kami tinggal disana walaupun bapak asli kabupaten bantul dan ibu asli Pengasih. bapak yang sebagai Pegawai rendahan dan ibu berdagang kecil-kecilan di pasar tentu tidak akan mampu memberikan fasilitas yang mewah untuk menyambut kelahiran anak keduanya, setelah kelahiran anak pertama yang bernama Agus susanto 3 tahun sebelumnya.

di Kota Sentolo, kami tinggal tidak terlalu lama, yakni sekitar 6 tahun ketika usiaku 5 tahun Bapak pindah tugas ke SMP I Kalibawang yang jaraknya sekitar 22 KM dari tempat asal. pertama kali kami menyewa rumah di dusun Bogo, desa Banjarharjo, kecamatan Kalibawang. Bapak Dukuh menyewakan rumahnya untuk keluarga kami, rumah yang betul-betul saya inget rumah yang sangat sejuk dan asri, banyak pepohonan disekitarnya, ada pohon asam yang sangat rimbun di depan rumah, pohon mlinjo yang batangnya besar dan seperti huruf y dimana bapak sering main cilukba disana. Rumah yang letaknya bersebrangan dengan Kapel St Yusuf itu dindingnya dari gedeg( bambu yang di anyam), tempat tidurnya dari bambu dan galar ( bambu yang dipipihkan), lantainya tanah. ketika hujan bapak sering menggendong dan keluar rumah dan mengajakku untuk melihat air yang turun dari langit walaupun sebenarnya kami berada di luar rumah adalah untuk jaja-jaga kalau ada angin besar, dan pohon tumbang di sekitar rumah tentu rumah yang kami sewa ini tidak akan kuat menahannya.

dibelakang rumah itu ada sumur yang sangat besar dan dalam, banyak pohon pisang, tempat saya bikin mainan pistol-pistolan, tumbuhan Paku yang biasanya untuk menghias Kapel pada hari-hari tertentu, dan tumbuhan bambu yang rindang tempat biasa saya mancing di tepi sungai kecil di belakangnya, disamping sumur tersebut ada sebuah jalan setapak jalan ini menuju ke rumah bapak Yasin Shodiq ( Mudah-mudahan Alloh Selalu melimpahkan rahmatnya ), beliaulah guru ngaji pertama saya, setiap sore saya dan temen temen sepermainan dengan riang gembira membawa oncor ( lentera yang terbuat dari bambu, berbahan bakar minyak tanah) memakai sarung dan peci, serta tidak lupa membawa turutan.Walaupun hanya dengan penerangan lampu petromag, karena listrik adalah sesuatu diluar angan-angan kami saat itu, kami semangat untuk belajar mengaji.Rumah bapak yasin Shodiq yang dekat dengan sungai kecil itu mempunyai halaman yang sangat luas, sehingga setelah selesai mengaji di halaman itulah kami bermain, bersendagurau, kejar kejaran sampai suatu saat kami berteriak berhamburan karena ada yang menakut=nakuti dengan melempar segenggam kerikil ke rumpun bambu sehingga berbunyi krotok...krotok,.....krotok...arik (almarhum), nanang subur, lek totok, mas In, Mas Kenthut, riza, kelik bersama merekalah masakecilku kulalui.

tahun 1981 bapak mendaftarkan aku ke SDN Negri Kalibawang I,dan tercatat dengan nomor induk 665, aku tidak tahu apa dan bagaimana sekolah itu, yang aku rasakan saat itu adalah kegembiraan walau sebenarnya mulai saat itu aku tidak lagi bebas bermain, setiap pagi aku harus pergi ke sekolah dengan di bonceng bapak dengan sepeda motor DKW , baju sederhana tanpa seragam, dan memakai sepatu pada hari senin.dari SD ini saya mendapat temen-teman baru, antara lain Yanto, Harwanto, Mujianto, Rohadi, mardiyatun, ponidi, slamet, mbak kris, suranto,kartijo(almarhum), catur wahyuningsih, mujiati, sarmilah, dan lain-lain ( maaf yang belum tersebut, kalian sungguh sangat berarti bagi perjalanan hidup saya).

Begitu banyak peristiwa di SD itu, dan tentu aku akan tetap ingat sama Ketua kelas Agung Prabowo beliau memang berbakat dalam kepemimpinan, dia selalu ditunjuk sebagai ketua kelas, cocok sekali dengan profesinya sekarang yaitu berkarier di Militer, Selain itu beliau juga sangat berbakat menggambar, Hasil gambaranya bagus sekali. Satu hal yang tak pernah lupa adalah kalau hari hujan pas waktu pulang sekolah, saya pasti mampir dirumah Agung karena rumah Agung sangat dekat dengan sekolahan, dan Ibunda Agung selalu memberi makanan, mengajak ngobrol sambil menunggu hujan reda.
\
  Ibu Sumber ( Mudah-mudahan Alloh Selalu melimpahkan rahmatnya ) adalah ibuguru SD pertamaku orangya penyabar dan baik hati.6 tahun sekolah di SD Itu banyak sekali ilmu yang saya dapatkan, terimakasih bapak ibu guru yang telah sabar mendidiku. Ibu Sumber, Ibu KHilmiyati, Ibu Mardiyah, Bapak Bukhori, Bapak Agus Dwiantoro, Bapak Yasmin, Bapak Ponidjo, Bapak Suwardi, Bapak Sukarno merekalah pahlawan-pahlawan saya. 19 mei 1986 ijazah SD saya telah ditandatangani oleh kepala sekolah yang waktu itu adalah bapak Suparto, dengan nilai yang biasa saja, yakni dengan rata-rata 7,4, biasa saja kan.


Setelah tamat SD saya meneruskan sekolah di tempat bapak saya bekerja yaitu di SMP I Kalibawang, disana banyak hal baru yang saya dapatkan dan tidak diajarkan di SD, ada fisika, Biologi, bahasa Ingris dll. saya yang bernomor induk 1005 ini sangat antusias belajar Bahasa Inggris saya tidak tahu mengapa saya jadi senang terhadap pelajaran ini apa karena pelajaranya atau karena pengajarnya yang pada waktu itu adalah bapak Suwandi, guru yang menurut banyak murid adalah guru yang galak. tetapi bagi saya Beliau sangat berbeda dengan apa yang dikatakan murid-murid itu, Pak Suwandi adalah guru yang cerdas, baik, pengertian , dan merupakan seorang motivator. saya sangat terinspirasi bahkan sampai saat ini dengan apa yang pernah dikatakan beliau di depan kelas, yakni perkataan orang bijak dalam bahasa ingris " where there is a will there will be away " yang diartikan oleh beliau : dimana ada kemauan seribulah jalanya. suhhanalloh sungguh dalam makna dari kata- kata itu, menancap kuat di sanubari saya,seolah nuklir yang meledak di dada saya dan memberi semangat untuk mencapai cita2, Terimakasih Pak Suwandi...mudah-mudahan Alloh selalu mengampuni dosa-dosa bapak dan menerima semua amal baik bapak.

ketika kelas II ada sesuatu yang membuat bapak bersedih, sering terdiam, dan termenung. Karena mulai saat itu bapak harus pensiun. aku juga tidak tahu mengapa bapak saya yang baru berumur 43 tahun harus pensiun ? aku menjaga perasaan bapak bahkan setelah 22 tahun, sampai sekarang, aku tidak pernah menanyakan hal itu pada bapak.

Alhamdulillah, 3 tahun tidak terasa kuselesaikan smpku dan menerima ijazah yang ditanda tangani oleh Bapak Tarcicius Hardiyanto pada bulan Juni 1989. saya meneruskan pendidikan di SMA I Wates, sambil menemani kakek saya yang tinggal di dusun Ngruno Pengasih, Kulonprogo. menurutku kehidupan saya mulai pada saat itu, begitu banyak untuk dikisahkan. insya Alloh Besuk kami lanjutkan