Lihatlah ragaku
yang teriris waktu
Satu hari satu
luka,
Setiap langkah adalah
meninggalkanya
Kini aku disudut
ruang hampa
Kuletakkan
punggungku di dinding hatimu yang keras
Ingatanku mulai
nakal menggelitik hatiku yang selalu menerima sikapmu
Mengusap luka
yang baru saja terluka
Darah mengaliri
masa selama 21 tahun
Tentang sebuah
tanya yang mencari matahari
senja bersinar lembayung, kemudian kau lempar
sebuah jawab
Kata - kata yang
berbau rekayasa
Itulah sang
takdir yang menjodohkan tanya dengan dusta
Namun ada diam
kau suguhkan kepadaku dengan nampan penuh harapan
Sedangkan
kesunyian itu membalut lukaku
Diam dan
janganlah berbicara dengan senjata
Sepi inilah yang
akan memelukku satu abad lagi
Kotabaru, 6
oktober 2013