16 November 2013
Munajat Anak Negeri Diatas Sajadah Demokrasi
Aku berjalan melintasi jaman,
Kakiku menapak diantara waktu ke waktu
Dan aku harus berhenti, bukan karena lelah tetapi karna aku harus berteriak
Agar semua dengar, tentang demokrasi yang tercemar
Kulihat semua bisa dibayar, semua bisa ditawar
Dipusat kota yang mabuk, sudut sudut desa yang terseok
Mata terpejam, mulut terbuka pergi kemana saja
Karena hari ini perutku harus terisi
Penduduk negeri tak pernah manja,
Namun para pengusaha suara tak pernah tinggal diam
Dia tukar suara dengan mimpi dan topeng
Kamipun tersenyum lega menelan mimpi dan pencitraan
Kami rindu pemimpin yang datang dari langit bertahta kesederhanaan
Tegas pemberani seperti singa jantan kelaparan
Keberanian yang muncul dari kebenaran
Berlaku adil laksana manusia tanpa nafsu
Karenanya, berkah tuhan turun di setiap wilayah negeri
Hanya kesejukan diantara hati hati kami
Kebersamaan dalam senyum kebahagiaan, tidak ada permusuhan
Sapi sapi membajak sawah, padi tumbuh subur
Berwarna keemasan ketika panen menjelang
Kedamaian, ketentraman, kesejahteraan, kejayaan
Pemimpin itu datang dari sunyi tersembunyi dari balik matamu
Sementara yang muncul adalah boneka para juragan
Boneka cantik yang mencuri hatimu
Mencuri perhatianmu, menaklukkan logikamu
Sementara kau memujanya
Dia sudah bersiap merampas uangmu
Meminum kopi dicangkirmu
Memakan nasi dipiringmu
Menyedot bensin di tanki sepeda motormu yang butut
Mengambil uang jajan sekolah anakmu
Mengambil belanjaan istrimu
Menghisap rokokmu
Menyedot darahmu yang tinggal sedikit
Matamu tetap terpaku pada wajahnya
Tanpa perduli apa yang terjadi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment