Tiga hari lagi, selesai sudah tugas yang dibebankan oleh Allah swt. kepada kita
sekalian, orang-orang yang beriman, untuk melatih diri kita mengendalikan semua
keinginan dan kemauan nafsu kita sendiri, agar kita sekalian dapat melaksanakan
perintah-perintah Allah yang pada dasarnya sangat dibenci oleh nafsu, dan agar
kita dapat meninggalkan larangan-larangan Allah swt. yang pada dasarnya sangat
disenangi oleh nafsu.
Selama
berpuasa kita telah mampu menahan nafsu kita untuk tidak memakan ma-kanan milik
kita sendiri di siang hari meskipun kita sangat lapar dan sendirian tanpa ada
orang lain yang melihat kita, hanya karena kita takut melanggar larangan Allah
swt. Selama berpuasa kita telah mampu menahan nafsu kita untuk tidak meminum
minuman milik kita sendiri di siang hari meskipun kita sangat haus dan jauh
dari penglihatan orang lain, hanya karena kita ingin mentaati perintah Allah
swt. Selama berpuasa kita telah dapat menahan nafsu kita untuk tidak mengumpuli
isteri kita sendiri di siang hari meskipun nafsu syahwat dari kedua belah fihak
telah berkobar-kobar, hanya karena kita ingin menjadi orang yang bertaqwa
kepada Allah swt. Sebab tujuan dari puasa itu justeru untuk menjadikan
orang-orang yang melakukannya menjadi orang-orang yang bertaqwa kepada Allah
swt. sebagai-mana firman Allah swt. dalam surat Al Baqarah ayat 183:
يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون.
Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu
sekalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar
kamu sekalian dapat bertaqwa.
Di hari Id
Fitri, jiwa kita akan merasa tenang dan tenteram karena dosa-dosa kita kepada
Allah swt. telah diampunkan oleh Allah swt. berkat puasa Ramadlan yang telah
kita lakukan karena dorongan iman dan mengharapkan pahala dari Allah swt.,
sebagaimana sabda Nabi Besar Muhammad saw.:
من صام رمضان إيمانا واحتسابا غر له ما تقدّم من ذنبه
Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan karena iman dan mengharapkan
pahala, niscaya diampunkan baginya apa yang telah lalu dari dosanya.
Sesudah
shalat hari raya nanti kita akan meminta maaf kepada keluarga kita, kaum
kerabat dan famili kita, serta teman, tetangga dan kenalan kita dari kejahatan,
kesalahan serta perbuatan dhalim yang pernah kita lakukan terhadap mereka, agar
jiwa kita benar-benar terbebas dari dosa kepada Allah swt. dan kesalahan kepada
sesama manusia. Dan dengan demikian kita akan dapat merasakan kebahagiaan yang
sejati. Dalam surat Ali Imron ayat 112 Allah swt. telah berfirman:
ضربَتْ عليهم الذلّة أينما ثقوا إلاّ بحبل من الله وحبل من الناس … الآية
Mereka itu akan ditimpa kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka itu menyambung tali hubungan baik dengan Allah dan
tali hubungan baik dengan sesama manusia.
Dengan
menyambung tali hubungan baik dengan sesama manusia yang ditandai dengan
masing-masing pribadi berani mengakui kesalahan dirinya dan berani meminta maaf
kepada orang yang lebih muda usianya dan lebih rendah pangkat dan derajatnya,
kehidupan masya rakat nampak rukun dan damai. Persatuan dan kesatuan masyarakat
yang tulus dapat kita saksikan dengan jelas. Sedang persatuan dan kesatuan yang
tulus dan murni dari sesuatu bangsa itu adalah merupakan salah satu kunci dari
keberhasilan dalam mencapai pembangunan lahir dan bathin.
Sejarah
telah membuktikan bahwa sewaktu Rasulullah saw. berada di Madinah selama
sebelas tahun, beliau dan para sahabat beliau telah mengalami peperangan akibat
serangan dari orang-orang kafir dan orang-orang musyrik sebanyak 78 (tujuh
puluh delapan) kali. Namun ummat Islam di bawah pimpinan Rasulullah saw. satu
kalipun tidak pernah mengalami kekalahan. Di manakah kunci rahasia dari
kemenangan ummat Islam pada zaman Rasulullah saw. dan juga pada zaman Khulafaur
Rasyidin dalam peperangan melawan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik?
Kuncinya terletak pada tiga hal, yaitu:
1. Karena
keimanan ummat Islam kepada Allah swt. dan kepada hari kiamat sangat tebal.
2. Karena kecintaan ummat Islam kepada Nabi Besar Muhammad saw. sangat
mengalam.
3. Karena persatuan dan kesatuan ummat Islam sangat kuat.
Ad.1. Pada
zaman Rasulullah saw. iman para sahabat kepada Allah swt. dan kepada hari
kiamat adalah sangat tebal. Ketebalan iman mereka ini dibuktikan oleh sikap
dari setiap orang Islam yang akan berangkat ke medan pertempuran yang selalu
minta didoakan oleh seluruh anggauta keluarganya agar mati sebagai salah
seorang syuhada’ dan jangan sampai pulang kembali ke rumah dalam keadaan hidup.
Hal ini karena didorong oleh imannya yang sangat tebal bahwa orang yang mati
syahid itu di hari kiamat kelak tidak termasuk orang yang boleh masuk sorga dan
bukan termasuk orang yang dimasukkan ke dalam sorga, tetapi termasuk orang yang
diberi sorga atau pemilik sorga, sehingga dapat menempati sorga tersebut tanpa
dihisab. Sedang semua anggauta keluarganya juga yakin dengan keyakinan yang
tebal bahwa orang yang mati syahid itu dapat memberikan syafa’at atau
pertolongan kepada anggauta keluarganya sebanyak 70 (tujuh puluh) orang,
sehingga dengan ikhlas hati mereka mau mendoakan agar yang berangkat ke medan
laga menjadi orang yang mati syahid.
Jika yang
berangkat ke medan perang itu kebetulan sudah tidak punya anggota keluarga sama
sekali, dia langsung menghadap kepada Rasulullah saw. dan bertanya:
يَا رَسوْلَ الله، مَا ليْ إنْ قتلْت ي الْمَعْرَكَة؟
Ya Rasulullah, apakah bagianku jika aku mati dalam medan pertempuran? Jika
Rasulullah saw. menjawab: لَكَ الْجَنَّة = Bagianmu adalah sorga!, maka harta benda yang dimilikinya diserahkan
kepada Rasulullah saw.untuk diurusi dan dia berpamitan kepada Rasulullah saw.
untuk mati di medan laga.
Inilah
kunci pertama dari sebab kemenangan ummat Islam yang terus menerus da-lam
berperang melawan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik. Akan tetapi di
kala ummat Islam sudah dihinggapi perasaan takut mati dan kecintaan kepada Nabi
Muhammad saw. sudah diganti dengan kecintaan kepada duniawiyah, maka mereka
menjadi ummat yang selalu kalah dalam berperang melawan orang-orang kafir dan
orang-orang musyrik.
Dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Rasulullah saw. pernah bersabda:
يوْشك الأمَم اَنْ تَدَاعَى عَلَيْكمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَة الَى قَصْعَتهَا. َقَالَ قَائلٌ : وَمنْ قلَّة نَحْن يَوْمَئذ؟ قَالَ : بَلْ اَنْتمْ يَوْمَئذ كَثيْرٌ وَلَكنَّكمْ غثَآءٌ كَغثَآء السَّيْل وَلَيَنْزعَنَّ الله منْ صدوْر عَدوّكم الْمَهَابَةَ منْكمْ وَلَيَقْذَنَّ الله ي قلوْبكم الْوَهْنَ! َقَالَ قَائلٌ : يَا رَسوْلَ الله، وَمَا الْوَهْن؟ قَالَ : حبّ الدّنْيَا وَكَرَاهيَة الْمَوْت – رواه أبو داود .
Hampir saja para ummat mengepung kamu sekalian wahai ummat
Islam, sebagai mana tukang-tukang makan mengepung ambeng mereka!. Ada seorang
sahabat berkata: Apakah karena pada waktu itu jumlah kami sedikit? Beliau
bersabda: Bahkan jumlah ka-mu pada waktu itu banyak; akan tetapi kwalitas iman
kamu sekalian adalah kwalitas buih, seperti buih banjir yang selalu mengikuti
arah air. Dan sungguh Allah benar-benar akan mencabut dari dada musuhmu
perasaan segan terhadap kamu dan Allah benar-benar akan meletakkan wahan pada hati
kamu sekalian! Salah seorang sahabat berkata: Wahai Rasulullah, apakah wahan
itu? Rasulullah bersabda: Cinta dunia dan benci mati.
Demikianlah
keadaan ummat Islam di seluruh dunia sekarang ini, sudah tidak lagi disegani
oleh orang-orang kafir dan orang-orang musyrik, bahkan sudah dijadikan
bulan-bulanan oleh mereka.
Pada masa
Rasulullah saw. kecintaan ummat Islam kepada Rasulullah saw. adalah sangat
mendalam. Jika mereka mendengar perjuangan membela Rasulullah saw. atau membela
agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw., jangankan harta mereka, anak
mereka, orang tua mereka dan semua orang yang mereka cintai, … diri mereka pun
mereka korbankan sebagai bukti keimanan mereka, sebagaimana sabda Rasulullah
saw.:
لاَ يؤْمن أَحَدكمْ حَتَّى اَكوْنَ اَحَبَّ الَيْه منْ نَْسه وَمَاله وَوَلَده وَوَالده وَالنَّاس اَجْمَعيْنَ .
Tiadalah beriman salah seorang dari kamu sekalian, sehingga aku lebih dicintai
olehnya dari pada dirinya sendiri, hartanya, anaknya, orang tuanya dan manusia
semuanya.
Inilah
kunci yang kedua dari kemenangan ummat Islam pada zaman Rasulullah dan pada
zaman sahabat dalam berperang melawan musuh-musuh mereka, sehingga daerah ummat
Islam semakin luas. Akan tetapi pada saat kecintaan ummat Islam kepada Nabi
Muhammad saw. sudah diganti dengan kecintaan kepada dunia seperti sekarang ini,
maka ummat Islam selalu mengalami kekalahan dalam melawan musuh-musuh mereka,
sebagaimana diisyaratkan oleh hadits Nabi saw. yang diriwayatkan oleh Abu Dawud
di atas.
Pada zaman
Rasulullah saw. persatuan dan kesatuan ummat Islam adalah sangat kuat sekali.
Mereka benar-benar mentaati perintah Allah swt. yang tersebut dalam surat Ali
Imran ayat 103:
Dan
berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah (agama Islam), dan janganlah
kamu bercerai-berai; dan kenanglah nikmat Allah kepada kamu ketika kamu
bermusuh-musuhan (semasa Jahiliyah dahulu), lalu Allah menyatukan di antara
hati kamu (sehingga kamu bersatu padu dengan nikmat Islam), maka menjadilah
kamu dengan nikmat Allah itu orang-orang Islam yang bersaudara. Dan kamu dahulu
telah berada di tepi jurang neraka (disebabkan kekufuran kamu semasa
Jahiliyah), lalu Allah selamatkan kamu dari neraka itu (disebabkan nikmat Islam
juga). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat keterangan-Nya supaya kamu
mendapat petunjuk hidayah-Nya.
Walaupun di
antara para sahabat itu terdapat perbedaan-perbedaan pendapat, namun perbedaan
pendapat yang ada di antara mereka itu tidak pernah merusak persatuan dan
kesatuan mereka yang mereka manifestasikan dalam shalat berjama’ah lima waktu.
Mereka tidak pernah menjadikan perbedaan tersebut sebagai alasan untuk
bertengkar dan berpecah belah apalagi untuk berperang saudara. Mereka saling
menghormati perbedaan pendapat yang ada di antara mereka, sehingga persatuan
dan kesatuan dapat tetap terjaga dengan baik.
Inilah
kunci ketiga dari kemenangan ummat Islam dalam setiap pertempuran. Akan tetapi
setelah ummat Islam sudah tidak lagi mau mentaati perintah Allah swt. yang
tersebut dalam surat Ali Imron ayat 103 di atas, maka perbedaan pendapat yang
tidak prinsip pun telah dapat memecah belah dan menghancurkan persatuan dan
kesatuan ummat Islam. Karena terdorong oleh sifat ambisi dan gila hormat serta
ingin menang sendiri, maka di negara Indonesia yang tercinta ini telah terjadi
berbagai macam kerusuhan, penjarahan, tindakan kekerasan, dan bahkan pembunuhan
di mana-mana. Padahal sekarang ini bangsa Indonesia sedang menginginkan keadaan
dan tatanan dalam segala bidang yang lebih baik dari pada apa yang pernah kita
alami dengan mengadakan reformasi. Akan tetapi jika untuk mencapai tujuan
reformasi tersebut sudah kita hancurkan lebih dahulu persatuan dan kesatuan
bangsa, mungkinkah tujuan reformasi secara total yang kita dambakan itu dapat
terwujud? Lebih-lebih dalam menghadapi berbagai macam krisis yang dialami oleh
bangsa Indonesia sekarang ini, kita bangsa Indonesia tidak akan mampu
menanggulangi dan menyelesaikannya, jika masing-masing kelompok masyarakat dari
bangsa Indonesia tidak mampu menahan diri untuk menjaga persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia. Lalu apa artinya latihan menahan diri dan menahan nafsu
selama bulan Ramadlan jika setelah bulan Ramadlan kita tidak mampu mengamalkan hasil
latihan tersebut dalam kehidupan sehari-hari?
Marilah
kita perhatikan firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 46:
وَاَطيْعوا اللهَ وَرَسوْلَه وَلاَ تَنَازَعوْا َتَْشَلوْا وَتَذْهَبَ ريْحكمْ وَاصْبروْا إنَّ اللهَ مَعَ الصَّابريْنَ.
Dan taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah
kamu berbantah-bantah (berteengkar); kalau tidak, niscaya kamu menjadi lemah
semangat dan hilang kekuatan kamu, dan bersabarlah (menghadapi segala kesukaran
dengan cekal hati); sesungguhnya Allalh beserta orang-orang yang sabar.
Akhirnya
marilah kita memohon kepada Allah swt. semoga Allah swt. berkenan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari pertikaian, perpecahan dan kehancuran, dan semoga
berkenan mengantarkan bangsa Indonesia mencapai cita-citanya yang menjadi
tujuan reformasi dengan aman dan selamat, serta berkenan memaafkan segala dosa,
kesalahan, kekurangan, kekhilafan dan kedhaliman kita sekalian bangsa
Indonesia. Amin!
KH Masduqi
Machfudz