Senja Becek berlumpur dosa
kukayuh langkah membawa tongkat yang akan kutancapkan
pada puncak Kehidupan
warna warni dunia menyeret kakiku
mulut terbata menyebut nama-Nya
Menjalani hidup, menapaki lika likunya
Ketika Senja Menyapa
aku terpaku karena waktu telah mencuri segalanya
Tubuh renta, sebagai rumah jiwa yang selalu dahaga
kulewati kota-kota tanpa alas kaki
melewati langit membelah biru
menghampiri matahari, Kembali teringat kepada-Nya
Senja semakin gelap
dimana hitam dan putih mulai tersamarkan
aku ingin mandi dengan kesejukan
kaki yang penat dan tangan yang menggenggam tongkat
air mata mengalir, sungguh aku takut kepada-Mu
sesuatu yang paling kuharap adalah Maghfirahmu
Aku Masih menggenggam Tongkat dan semoga tertancap pada Khusnul Khotimah