21 June 2012
Penyebab Kegagalan Vaksinasi
Faktor Tata Laksana :
a. Peralatan yang tidak baik
b. Peralatan yang tidak bersih/steril
c. Cara vaksinasi yang kurang tepat
Faktor Hewan :
a. adanya maternal antibodi
b. Hewan dalam keadaan stress
c. Terserang penyakit yang bersifat imunosupresif
d. Hewan dalam masa inkubasi
Faktor Vaksin :
a. Vaksin Ilegal yang tidak terbukti kualitasnya
b. Rantai Dingin Vaksin dalam penyimpanan dan transportasi
c. Vaksin yang sudah expired date
d. galur yang tidak sesuai
e. Kualitas dan kuantitas vaksin
01 June 2012
Karakter Bangsa
Hush….Ra ilok, kata kata itu merupakan kata dalam bahasa jawa, kata-kata yang mulai jarang terdengar lagi pada saat ini, jawa khususnya jogja (tempat masa kecil saya ) kata yang sangat ditakuti oleh orang jawa khususnya bagi anak-anak, ungkapan tersebut biasanya digunakan untuk menegur sikap atau perilaku dari seseorang/anak yang kurang pantas tanpa ada alasan yang logis. Dengan rasa takut biasanya anak akan merubah sikap sebelumnya tanpa harus tahu kenapa , dikatakan seperti itu. Sikap-alasannya tersebut misalnya duduk/makan didepan pintu-ditolak calon istri, duduk diatas bantal-nanti wudunen, meludahi sumur-bibirnya jadi sumbing, memakai payung terbalik, makan tidak dihabiskan-nanti ayamnya mati dan ra ilok ra ilok yang lain mungkin seiring dengan zaman di era keterbukaan ini jadi kata kata tersebut jadi kurang populer.
Alam keterbukaan makin mempengaruhi pola pikir masyarakat, globalisasi yang merambah hingga hampir setiap centi wilayah Indonesia, tidak ada lagi yang tidak tersentuh arus informasi, apalagi sejak ditemukanya teknologi HP, setiap orang, dimana saja bisa mengakses internet dengan bebas. Dengan semakin banyaknya informasi yang didapatkan oleh seseorang maka semakin luas pengertian dan wawasan yang dimiliki.
Kemajuan dibidang teknologi informasi rupanya tidak sejalan dengan perbaikan sikap/perilaku seseorang. Semakin menurunya moral pada remaja (walau tidak seluruhnya) pada saat ini bisa jadi karena gempuran informasi yang tiada henti kepada siapa saja diwaktu kapan saja. Merupakan keprihatinan bagi kami melihat bermacam macam kebobrokan moral saat ini. Dan tidak mempan lagi dengan kata kata ra ilok saja.
Keterbukaan yang kebablasan tanpa ada kontrol yang kuat malah menjadi kontra produktif, karakter seseorang merupakan salah satu filter yang efektif utuk menjaga etika, sikap dan perilaku, dari serbuan budaya yang tidak baik. Pendidikan moral dan Agama menjadi pendukung kokohnya akar kepribadian yang tertanam kuat di dalam sanubari masing masing pribadi. Karakter perorangan akan akan membentuk karakter suatu bangsa, bangsa yang kuat pasti terdiri dari manusia yang kuat juga. Oleh karena itu apabila kita menginginkan Negara kita menjadi Negara yang terpandang harus diawali dari diri pribadi masing masing untuk membentuk suatu karakter yang yang handal
Pembentukan karakter bukanlah pekerjaan sehari dua hari, ini adalah pekerjaan bertahun tahun bahkan seumur hidup, ini adalah pekerjaan bersama-sama seluruh bangsa, tidak bisa hanya dilakukan oleh beberapa pihak saja sedangkan pihak yang lain tidak mendukung, sikap masyarakat yang disiplin harus ditegakan secara bersama sama, begitu juga dengan sikap kasih sayang, tanggung jawab, malu dengan diri sendiri dan masih banyak lagi.
Pembentukan karakter akan sangat dipengaruhi oleh perkataan, ucapan yang didengar, semua yang di lihat, pikiran yang terlintas, suasana keluarga dan masyarakat, pengalaman yang dihadapi dll yang akan mengendap di dalam alam bawah sadar. Alam bawah sadar inilah yang mengendalikan sikap kita sehari hari tanpa disadari. Membiasakan untuk positif dalam semua tindakan dan ucapan merupakan salah satu upaya untuk membentuk alam bawah sadar yang positif pula. Sedangkan perilaku negatif yang dilakukan membentuk suasana negative di dalam alam bawah sadar yang juga akan menimbulkan perilaku negatif
Kita ingin Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar, bangsa yang dihormati dan dihargai tidak direndahkan, masyarakatnya hidup dalam kedamaian, tertip , teratur, makmur di semua lapisan masyarakat. Itu bukan mimpi apabila kita secara bersama-sama mewujudkanya
06 January 2012
MENJADI KERE DI NEGERI PERLENTE
Sebenarnya sore ini aku ada Jadwal main Tenes seperti biasa setiap hari jumat, namun aku harus ke pasar Martapura ada sesuatu yang ingin aku beli disana, aku geber sepeda motorku aku lihat di penanda bahan bakar ternyata bensin sudah hampir habis, ditengah jalan aku mencari SPBU untuk mencari bensin, rencana mau ke SPBU Loktabat tapi jalan memutarnya kok jauh, jadi langsung saja aku ke SPBU Simpang Empat yang ada tugu Banjarbaru. Wow aku lihat antrian truk untuk pengisian Solar panjang sekali sampai-sampai aku tidak bisa menembus jalan masuk SPBU, terpaksa aku masuk lewat jalan keluar, dengan super Pdnya aku lansung menuju bagian antrian sepeda motor, ada sekitar 10 sepeda motor, kulihat di ujung antrian ternyata ada tempat kosong, tak pikir panjang aku langsung menembus antrian menuju di tempat nomor satu ,
Aku bilang, “ isi bensinya Mas, full tank “.
Penjaga pom diam saja, aku susul dengan pertanyaan, “ bensinya ada kan ?”,
jawab petugas tersebut ,”oh, bensin mas ?, ada sejam lagi”.
Dalam hatiku “O o....*&^%^%$##@#%$.” terpaksa akhirnya membeli pertamax 20 ribu, untuk sekedar mengisi tanki biar tidak kosong benar dan juga daripada nanti dorong di jalan, sudah menggeh-menggeh, gembrobyos, pet petan dan malah bakal tambah ongkos beli es Teler, menambah pengeluaran kan jadinya.
Selintas aku teringat sekitar tahun 1984, sambil menunggu sandiwara radio Saur Sepuh jam 12.30 di radio Mataram Buana Suara (MBS) yang mengisahkan pengembaraan Brama Kumbara dan Mantili adiknya di dunia persilatan.Sebelum acara itu, yaitu mualai pukul 12 siang biasanya terdengar diradio siaran berita nasional yang di relay langsung dari RRI Jakarata , sebenarnya bukan hanya jam 12 saja tapi siaran berita itu ada setiap jam yang memberitakan masalah umum nasional, khusus untuk jam 11 dan jam 3 adalah berita olah raga. Aku tidak mendengarkan berita itu karena menurutku acara berita itu sangatlah monoton dan membosankan, aku stel radio itu hanya untuk menunggu pendekar sakti Brama kumbara yang menguasai ajian serat jiwa itu menaklukkan musuh-musuhnya. Tapi dari berita itu terlintas betapa saat itu indonesia adalah negara yang hebat, peresmian ini itu, panen raya, Temu Petani sukses, swasembada pangan, wah banyak deh apalagi kalau pak Harmoko yang rambutnya klimis mengkilat itu bicara betapa majunya perekonomian Indonesia, aneka hasil pertanian dari bawang merah, bawang putih, tomat, wortel, kol, dan tak lupa cabai kriting, disebutkan juga mengenai export kerajinan, perkebunan yang bersifat non migas , dan ekspor migasnya. Nah mulai disini baru tersadar kalau sebenarnya negara kita tercinta ini adalah negara yang sumber migasnya berlimpah dan bahkan sampai diekspor keluar negeri.
Menurut Dr. Hendri Saparini di Zaki Permana’s Blog, sebenarnya kita mempunyai cadangan migas yang luar biasa yaitu sekitar 86,9 miliar barel dan gas bumi sekitar 384,7 triliun standar kaki kubik. Sungguh sangat besar. Namun sayang seribu kali sayang Sumberdaya migas Indonesia yang sudah dieksplorasi maupun yang masih berupa cadangan yang sangat besar itu, hampir semuanya, sekitar 90%, dikuasai asing. Bayangkan. Lebih seratus tahun pengelolaan industri migas berlangsung di negeri ini, namun peran maupun kiprah industri migas nasional masih sangat rendah. Kondisi ini sangat berbeda dengan negara lain yang berusaha meningkatkan perannya dalam mengelola sumberdaya alam migas.
Contoh paling mudah adalah Malaysia. Negara jiran kita yang pada tahun 1970-an belajar dari Pertamina, saat ini, melalui Petronas, sudah menguasai pengolahan migas di negaranya dan dilakukan oleh putra-putri Malaysia sendiri. Bukan itu saja, Petronas juga sudah merambah ke berbagai negara untuk melakukan eksplorasi. Bandingan lain adalah pengelolaan migas di Cina. Peran industri migas asing di negeri tersebut amat minimal, kurang dari 5%.
Jika negara-negara lain berusaha untuk menguasai sumberdaya alam migas karena yakin bahwa penguasaan sumber energi alam ini akan menjadi kunci kemandirian dan kemajuan bangsa, mengapa keyakinan yang sama tidak ada pada para pejabat Indonesia? Bagi saya, hal ini bisa terjadi tidak lain kecuali karena banyak pejabat yang menjadi subordinasi dari kepentingan asing. Jadi, tidak salah bahwa Indonesia memang masih dijajah dalam bentuk penjajahan yang berbeda
Jadi kenapa kita bisa kere BBM (di Kalsel loh maksud ulun ) , sementara di negeri ini berlimpah tambang minyak, inilah retoris , tasarah pian haja gin, kaia apa kaina....
Aku bilang, “ isi bensinya Mas, full tank “.
Penjaga pom diam saja, aku susul dengan pertanyaan, “ bensinya ada kan ?”,
jawab petugas tersebut ,”oh, bensin mas ?, ada sejam lagi”.
Dalam hatiku “O o....*&^%^%$##@#%$.” terpaksa akhirnya membeli pertamax 20 ribu, untuk sekedar mengisi tanki biar tidak kosong benar dan juga daripada nanti dorong di jalan, sudah menggeh-menggeh, gembrobyos, pet petan dan malah bakal tambah ongkos beli es Teler, menambah pengeluaran kan jadinya.
Selintas aku teringat sekitar tahun 1984, sambil menunggu sandiwara radio Saur Sepuh jam 12.30 di radio Mataram Buana Suara (MBS) yang mengisahkan pengembaraan Brama Kumbara dan Mantili adiknya di dunia persilatan.Sebelum acara itu, yaitu mualai pukul 12 siang biasanya terdengar diradio siaran berita nasional yang di relay langsung dari RRI Jakarata , sebenarnya bukan hanya jam 12 saja tapi siaran berita itu ada setiap jam yang memberitakan masalah umum nasional, khusus untuk jam 11 dan jam 3 adalah berita olah raga. Aku tidak mendengarkan berita itu karena menurutku acara berita itu sangatlah monoton dan membosankan, aku stel radio itu hanya untuk menunggu pendekar sakti Brama kumbara yang menguasai ajian serat jiwa itu menaklukkan musuh-musuhnya. Tapi dari berita itu terlintas betapa saat itu indonesia adalah negara yang hebat, peresmian ini itu, panen raya, Temu Petani sukses, swasembada pangan, wah banyak deh apalagi kalau pak Harmoko yang rambutnya klimis mengkilat itu bicara betapa majunya perekonomian Indonesia, aneka hasil pertanian dari bawang merah, bawang putih, tomat, wortel, kol, dan tak lupa cabai kriting, disebutkan juga mengenai export kerajinan, perkebunan yang bersifat non migas , dan ekspor migasnya. Nah mulai disini baru tersadar kalau sebenarnya negara kita tercinta ini adalah negara yang sumber migasnya berlimpah dan bahkan sampai diekspor keluar negeri.
Menurut Dr. Hendri Saparini di Zaki Permana’s Blog, sebenarnya kita mempunyai cadangan migas yang luar biasa yaitu sekitar 86,9 miliar barel dan gas bumi sekitar 384,7 triliun standar kaki kubik. Sungguh sangat besar. Namun sayang seribu kali sayang Sumberdaya migas Indonesia yang sudah dieksplorasi maupun yang masih berupa cadangan yang sangat besar itu, hampir semuanya, sekitar 90%, dikuasai asing. Bayangkan. Lebih seratus tahun pengelolaan industri migas berlangsung di negeri ini, namun peran maupun kiprah industri migas nasional masih sangat rendah. Kondisi ini sangat berbeda dengan negara lain yang berusaha meningkatkan perannya dalam mengelola sumberdaya alam migas.
Contoh paling mudah adalah Malaysia. Negara jiran kita yang pada tahun 1970-an belajar dari Pertamina, saat ini, melalui Petronas, sudah menguasai pengolahan migas di negaranya dan dilakukan oleh putra-putri Malaysia sendiri. Bukan itu saja, Petronas juga sudah merambah ke berbagai negara untuk melakukan eksplorasi. Bandingan lain adalah pengelolaan migas di Cina. Peran industri migas asing di negeri tersebut amat minimal, kurang dari 5%.
Jika negara-negara lain berusaha untuk menguasai sumberdaya alam migas karena yakin bahwa penguasaan sumber energi alam ini akan menjadi kunci kemandirian dan kemajuan bangsa, mengapa keyakinan yang sama tidak ada pada para pejabat Indonesia? Bagi saya, hal ini bisa terjadi tidak lain kecuali karena banyak pejabat yang menjadi subordinasi dari kepentingan asing. Jadi, tidak salah bahwa Indonesia memang masih dijajah dalam bentuk penjajahan yang berbeda
Jadi kenapa kita bisa kere BBM (di Kalsel loh maksud ulun ) , sementara di negeri ini berlimpah tambang minyak, inilah retoris , tasarah pian haja gin, kaia apa kaina....
Subscribe to:
Posts (Atom)